jam

flash"/>/td>
get this clock

Selasa, 24 Juli 2007

optimis ok coy

Membangun Optimisme Membumi


Oleh: Ubaydillah, AN

Jakarta, 21 Januari 2003


Dalam kehidupan sehari-hari sering sekali kita menemui orang-orang yang memiliki optimisme begitu tinggi untuk meraih suatu prestasi tertentu dan cenderung menganggap enteng segala tantangan yang mungkin menghadang. Namun demikian, dibalik sikap optimisme tersebut tidak jarang kita juga menemukan bahwa orang tersebut cenderung tidak memiliki dasar atau landasan kuat untuk mendukung optimismenya yang terefleksi dalam bentuk minimnya persiapan dan rencana, ketekunan, keras keras, kemampuan yang dimiliki, dst. Akibatnya ia tidak pernah berhasil mencapai prestasi yang tadinya sangat diyakini akan dapat dicapai. Bahkan banyak yang berakhir dengan kekecewaan dan frustrasi mendalam.

Jika menilik kondisi diatas maka pasti akan timbul berbagai pertanyaan dalam benak kita. Apakah salah jika seseorang memiliki optimisme yang tinggi? Jika orang tersebut telah memiliki optimisme, lalu hal-hal apa saja yang bisa menghambatnya sehingga gagal mewujudkan cita-cita atau impiannya? Hal-hal inilah yang akan dicoba untuk dibahas dalam artikel ini.


Membumi


Selamanya anda tidak bisa melepaskan diri dari keterikatan waktu. Masa lalu telah menjadi sejarah. Ia memberi banyak pelajaran tentang suatu hal yang membedakan tetapi jangan sampai anda hidup di dalamnya dan terlilit belenggunya. Sementara masa depan masih berupa wilayah yang penuh misteri dan keajaiban. Masa lalu adalah peta tentang dari mana anda dan masa depan merupakan wilayah tentang kemana anda. Maka tugas anda adalah menggoreskan pena imajinasi tentang masa depan di atas kertas sejarah masa lalu.

Optimisme akan masa depan tidak dibangun di atas harapan utopis atau impian kosong karena harapan dan impian seperti itu bersifat gratis dan bisa dimiliki oleh semua orang dalam jumlah sebanyak mungkin. Kalau sekedar bicara harapan dan impian, tentu semua orang ingin makmur, hidup enak, berfoya-foya, terhormat dan digolongkan ahli surga. Namun dalam kenyataan berapa persen yang bisa mewujudkan impian tersebut? Anda pasti tahu jawabannya.

Masa depan harus dibangun dengan optimisme alamiah yang membumi dan hanya bisa dijawab oleh kualitas pribadi anda untuk menggunakan masa sekarang ini. Bagaimana cara anda mengisi hari-hari anda di masa sekarang sebenarnya itulah sketsa paling reliable untuk memahami masa depan anda.


Langkah Alamiah


Bagaimana caranya anda membangun optimisme yang membumi? Ikuti langkah alamiah berikut:


1.

Keyakinan



Keyakinan seperti apakah yang dibutuhkan saat anda mendesain masa depan? Anda membutuhkan keyakinan faktual sebagai alasan mengapa anda memiliki optimisme yang kuat. Dengan kata lain, jika anda memahami tahapan persoalan dari konsepnya yang paling utuh, berarti anda sudah memahami bagaimana persoalan tersebut akan berakhir. Dale Carnegie menyebutnya ilmu pengetahuan khusus, yaitu pemahaman menyeluruh tentang suatu hal yang spesifik. Ilmu pengetahuan khusus inilah yang menempati level hukum wajib untuk anda cari, yaitu ilmu tentang keadaan hidup anda.

Oleh karena itu milikilah alasan-alasan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu hasil sehingga anda merasa layak untuk yakin. Berilah diri anda alasan yang kuat, mengapa anda pantas memiliki keyakinan tentang suatu hal. Batas anda untuk yakin dan ragu-ragu terkadang lebih sering berupa batas kemampuan anda untuk mengetahui bagaimana sesuatu terjadi (how something happens). Para pakar manajemen menyebutnya sebagai kemampuan untuk memahami hasil akhir. Oleh karena itu dibutuhkan data akurat, informasi perkembangan operasional, dan standarisasi solusi bagi kerumitan tekhnis. Dan terus terang, ketika sudah bicara standarisasi, maka referensinya adalah pengalaman dan pengetahuan. Layaknya makhluk lain, anda pun punya data pengalaman tentang “power of story” yang dapat anda jadikan sebagai referensi.

Selain keyakinan faktual, anda membutuhkan keyakinan mental terutama ketika anda sedang menghadapi pekerjaan yang sifatnya start – up. Mengapa anda membutuhkannya? Seluruh dalil kehidupan menunjukkan “life is game”, meskipun tidak berarti main-main atau sandiwara belaka. Andalah sebagai pemain utama sekaligus penonton. Ketika anda tidak memiliki keyakinan mental maka sangat bisa dipastikan karakter yang anda presentasikan di atas panggung kehidupan ini sulit menciptakan kepuasan internal dan tidak memiliki daya tarik untuk merebut apresiasi penonton.

Bagaimana orang lain memberlakukan anda diawali dari bagaimana anda memberlakukan diri anda. Jika anda tidak yakin bahwa anda memiliki kemampuan untuk bermain secara utuh, maka karakter hidup yang anda peragakan adalah karakter ragu-ragu untuk sukses. Dalam teori Samurai, prajurit yang biasanya membunuh musuh adalah prajurit yang punya persiapan penuh untuk mati. Sebaliknya prajurit yang biasanya tertikam oleh pedang musuh adalah mereka yang keyakinannya setengah-setengah. Agama menyebutnya dengan istilah “faith” yang berarti "substance" atau "the peach of real".

Keyakinan bahwa anda memiliki kemampuan meraih sukses melahirkan pribadi yang puas terhadap kehidupan dan oleh karena itu energi yang dihasilkan bersifat positif. Energi inilah yang akan melindungi keyakinan anda dari virus yang berupa keragu-raguan, rasa tidak berdaya, pesimisme tidak beralasan, rasa khawatir yang berlebihan terhadap tahayul ‘ jangan-jangan’ dan distraksi yang menyebabkan anda terseret dari garis fokus hidup anda. Anda menjadi mudah tergoda oleh banyaknya intimidasi orang atau keadaan karena kaki anda belum sepenuhnya menginjak di atas tanah realitas kehidupan. Selain itu, karakter hidup yang tidak kental juga tidak memiliki daya tarik terhadap orang lain. Pebisnis dengan keyakinan tinggi terkadang bisa merebut pelanggan dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga yang ditawarkan oleh pebisnis amatiran.


2.

Kontrol Diri



Kontrol diri erat kaitannya dengan bagaimana anda menggunakan pilihan hidup. Disadari atau pun tidak, selama hidup anda selalu disodorkan sejumlah pilihan seiring dengan detak jantung anda. Mana yang akan anda pilih, anda jengkel karena keadaan semrawut atau karena anda jengkel sehingga keadaan menjadi semrawut. Pilihan seluruhnya di tangan anda. Anda berpikir negatif karena keadaan yang negatif atau karena anda berpikir negatif sehingga keadaan menjadi negatif. Terus terang sebagai manusia biasa terkadang anda sering tergelincir ke dalam situasi hidup bahwa realitas adalah monster yang memberi anda kepastian sehingga di hadapannya anda tidak sempat menyadari bahwa realitas adalah hasil pilihan anda.

Ketika kontrol diri tidak lagi berada pada kesadaran bahwa realitas adalah hasil dari akumulasi pilihan maka optimisme mulai meninggalkan anda karena energi yang bekerja membentuk format hidup anda berupa energi negatif. Saat itulah anda tergoda untuk memilih keyakinan bahwa lebih besar tentangan ketimbang kemampuan; lebih banyak problem ketimbang solusi; hutang melebihi jumlah pemasukan; keterbatasan lebih berkuasa ketimbang keunggulan anda; dan semua yang anda lakukan pantas dianggap kenihilan belaka.

Kondisi tersebut mungkin persis seperti yang pernah dirasakan oleh seorang presiden Amerika ketika negaranya nyaris amburuk tertimbun krisis. Napoleon Hill, sang penasehat pribadi dipanggil untuk berbicara tentang solusi. Saran pertama yang keluar dari mulut pengarang legendaris ini adalah agar sang presiden mengeluarkan “Undang-Undang Wajib Optimisme” melawan krisis. Bahwa bangsa Amerika adalah bangsa besar dan punya asset yang besarnya melebihi krisis sehingga tidak ada alasan sedikit pun yang membenarkan untuk menyerah. Undang-undang tersebut harus disosialisasikan melalui media massa, lembaga swasta dan pemerintah agar rakyat Amerika menjadi "pede" menatap masa depannya. Napoleon-lah yang akhirnya menulis: “Effort only fully releases its reward after a person refuses to quit". Jangan heran jika keturunan Amerika sampai kini punya self – confidence lebih besar dari bangsa lain.

Merujuk nasehat Napoleon yang punya andil besar terhadap SDM Amerika, maka kesadaran yang anda butuhkan untuk membangun optimisme berupa kesadaran The Law of Farmer (Hukum Petani). Hukum Petani memberi isyarat bahwa tidak ada effect tanpa cause yang bukan sembarang cause tetapi cause yang didukung oleh pengetahuan anda tentang bibit unggul, tanah yang subur dan kecocokan musim selain juga dibutuhkan sistem perawatan. Rawatlah benih yang anda taburkan di atas tanah yang sudah anda yakini kesuburan dan kecocokan musimnya dengan menaburkan pupuk dan pengairan yang cukup. Untuk diri anda, berilah pupuk yang mereknya bernama fokus, komitmen pada tujuan akhir, konsistensi, atau determinasi. Setelah semua anda berikan, istirahatah yang cukup.


3.

Kohesi



Lingkungan memiliki energi, roh, atau power untuk membentuk anda meskipun akhirnya keputusan tetap di tangan anda. Lingkungan bagaikan penasehat tanpa jabatan. Sayangnya, anda secara alami cenderung terbawa larut oleh lingkungan tanpa keputusan yang kuat untuk menciptakan seleksi. Akibatnya anda menjadi sosok yang diciptakan oleh lingkungan. Sehingga jadilah anda sosok yang biasa-biasa saja dan tidak pernah menempati wilayah posisi decision maker meskipun untuk persoalan anda sebagai the person.

Tidak semua energi yang dikeluarkan lingkungan memiliki daya tarik ke hal-hal negatif tetapi kesalahan tentang lingkungan terjadi ketika anda mengabaikan prinsip dasar kebenaran alamiah bahwa dunia ini diciptakan dari hukum partnership, kerja sama bukan sama-sama kerja atau hukum Salome, satu piring untuk semua orang. Maksudnya jika anda hanya memiliki satu lingkungan yang sangat terbatas, maka lingkungan itulah yang menjadi identitas anda. Ibaratnya, seperti katak di dalam tempurung. Padahal satu gagasan hidup menuntut aplikasi sekian perangkat di mana masing-masing perangkat ikut andil sesuai kekuatannya.

Terhadap lingkungan, pilihan yang paling bijak adalah, mulailah untuk menemukan lingkungan kondusif untuk pengembangan anda dan jika anda belum atau tidak menemukannya, maka ciptakan sendiri, meskipun keberadaanya di dalam diri. Ciri umum yang menonjol untuk lingkungan kondusif adalah ketika kohesi yang membentuknya didasarkan pada kebenaran alamiah baik cara atau substansinya dan semangat yang dikobarkan adalah perjuangan gagasan yang berarti kesadaran terhadap hukum petani.

Sekokoh apapun konstruksi lingkungan jika substansinya melawan kebenaran alamiah maka hasil akhirnya tidak jauh dengan lingkungan yang dikelola dengan cara-cara melawan kebenaran meskipun bersubstansi benar. Di samping itu lingkungan yang tidak menaruh dukungan utuh terhadap perkembangan anda, sama artinya dengan belenggu. Jika anda tidak menemukan celah yang terbuka untuk mematangkan gagasan perjuangan hidup di rumah, carilah sahabat seperjuangan di luar rumah. Jika sahabat anda tidak bisa menjadi sumber kekuatan untuk pengembangan profesi atau karir atau keuangan, temukan pasangan di tempat lain.


Dengan memahami cara-cara di atas, maka penulis berharap bahwa anda dapat membangun optimisme yang membumi sehingga tidak terjadi frustrasi karena anda gagal mencapai apa yang anda inginkan. Selamat mencoba dan semoga berguna. (jp)

______________________

gambar dan citra diri kita

Gambar Diri

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang terbaik, tersempurna, teristimewa, dan terunik. Namun, kadang-kadang kita tidak sadar akan nilai diri kita. Sering kali kita salah berpikir seperti “Saya adalah seperti yang orang lain katakan tentang saya” atau “Saya akan menemukan nilai diri saya dalam pendapat mereka tentang saya”. Citra diri atau gambar diri yang tidak benar akan membuat kita tidak menjadi manusia yang utuh serta menghambat hubungan kita dengan sesama. Padahal sebagai makhluk sosial, kita harus berinteraksi dengan makhluk hidup yang lain.

Oleh VALENTINA HADIWIBOWO

Kebutuhan pribadi yang mendasar dari setiap orang adalah untuk menganggap dirinya sebagai pribadi yang berharga.
Lawrence J. Crabb Jr.


Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang topik ini, kita harus meyakinkan diri bahwa kita terbuka untuk menerima kebenaran tentang Gambar Diri kita. Kita harus menjadi objektif untuk dapat menyadari nilai diri kita, bukan dari pemikiran kita yang lama. Untuk menjadi manusia yang baru, kita harus meninggalkan kebiasaan dan pemikiran kita yang lama, seperti yang dikatakan oleh John Kehoe: “In order to change external conditions, you must first change the internal. Most people try to change external conditions by working directly on those conditions. This always proves futile or at best temporary, unless it is accompanied by a change of thoughts and beliefs.“

Gambar Diri
Jika didefinisikan maka Citra/Gambar diri adalah gambaran kita terhadap diri sendiri atau pikiran kita tentang pandangan orang lain terhadap diri kita. Gambaran ini terbentuk bertahun-tahun selama kita hidup. Meskipun demikian, hal ini dapat diubah dan diganti sehingga kita mempunyai citra diri yang kita inginkan.
Nilai diri kita berkaitan erat dengan cara kita memandang diri sendiri dan bagaimana kita berpikir tentang penilaian orang lain terhadap diri kita. Kadang kita terlalu terpaku pada pendapat umum. Misalnya pendapat bahwa anak yang patut dibanggakan adalah anak yang mempunyai prestasi belajar di bidang akademis, padahal prestasi dapat diperoleh dari bidang-bidang lainnya; seperti seni atau olahraga. Contoh lainnya adalah pendapat bahwa orang lain akan menghargai kita jika kita cantik/tampan, pintar, kaya, menarik, atau langsing. Sehingga orang yang mempunyai bentuk badan yang tidak ideal, bentuk muka yang kurang indah, atau kurang berhasil dalam pelajaran dalam studinya tidak perlu dihargai. Jika kita terlalu mengikuti rumus Harga Diri = Prestasi + Pendapat orang lain, maka kita akan terjebak dan tertipu mengenai citra diri kita. Penilaian yang salah tersebut membuat kita menjadi takut gagal, takut tertolak, takut dihukum, bahkan mengasingkan diri. Akibatnya kita takut untuk mencoba sesuatu sehingga kreativitas kita tidak berkembang. Jika hal ini terjadi terus-menerus, bisa jadi Anda menjadi orang yang paling tidak bahagia karena tidak mempunyai harapan, tidak mempunyai tujuan, dan merasa hidup ini sia-sia serta tidak memberikan hasil apa pun.

Suatu Kebutuhan
Sadarkah kita bahwa kita adalah Ciptaan Tuhan yang sangat berharga, bahwa kita mempunyai nilai, dan bahwa kita butuh dihargai? Kebutuhan akan harga diri adalah kebutuhan dasar manusia. Agar dihargai orang lain, kita harus menghargai orang lain juga (Hukum Tabur Tuai).
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibanding ciptaan-Nya yang lain. Menurut Stephen Covey, paling tidak ada empat anugerah Tuhan kepada manusia yang tidak dimiliki ciptaan Tuhan lainnya, yaitu kesadaran diri (self awareness), imajinasi (imagination), nurani (conscience), dan kehendak bebas (free will). Dengan kesadaran diri, kita menyadari keberadaan kita. Kita juga bisa menciptakan, baik benda fisik maupun situasi, dengan kemampuan imajinasi kita. Dengan hati nurani, kita dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang jahat dengan yang baik. Tuhan juga memberi kita kehendak bebas sehingga kita dapat memilih untuk melakukan apa yang kita inginkan. Tentunya kelakuan kita dibatasi oleh nurani kita juga. Oleh karena manusia diberi kelebihan-kelebihan, maka sudah seharusnya seorang manusia dihargai.
Kita harus melihat dari segi yang berbeda dari biasanya. Kalau biasanya kita lebih menghargai sebuah mobil mewah dibandingkan seorang tukang parkir di sebelahnya, maka sekarang kita harus lebih menghargai tukang parkir tersebut sebagai ciptaan Tuhan yang berharga. Atau jika kita merasa rendah diri, cobalah untuk mengubah pikiran/gambaran tersebut dengan menyadari bahwa kita berharga. Nilai kita tidak tergantung pada kemampuan kita mendapatkan penerimaan berubah-ubah dari manusia, namun sebenarnya sumber sesungguhnya adalah kasih dan penerimaan Tuhan.

Atasi Kepercayaan yang Salah
Ingatkah Anda akan masa kecil Anda? Seringkali kita dibandingkan dengan anak-anak yang lain oleh orang tua atau keluarga kita. Dalam perkembangan kita, kita juga melakukan hal yang sama, yaitu membandingkan diri kita dengan orang lain. Hasil pembandingan ini bisa mengakibatkan kesombongan, tidak menghargai orang lain, atau perfeksionis jika kita merasa lebih dari pembanding kita. Atau malah bisa menjadi rendah diri, malu, bahkan menjadi tidak berpengharapan karena merasa lebih rendah sehingga tidak berharga. Hal ini bisa terjadi karena gambar dirinya berdasarkan kepercayaan/standar yang salah.
Banyak dari kita hanya melihat penampilan luar saja. Kita seringkali hanya mempercayai apa yang kita lihat. Kenyataannya, dalam otak bawah sadar kita tertanam persepsi umum yang kita dapat sejak kecil bahwa untuk menjadi berharga kita harus memenuhi standar tertentu. Akibatnya kita menjadi perfeksionis dengan tujuan untuk dihargai dan merasa berharga. Tetapi efek sampingnya adalah orang lain mudah memanipulasi orang yang perfeksionis karena mereka tahu perfeksionis berusaha melakukan yang terbaik. Bahkan terkadang perfeksionis rela dimanipulasi untuk rasa harga diri.
Karena terpaku pada penampilan luar, akibatnya kita menjadi takut gagal. Kita takut mencoba karena takut hasilnya tidak sesuai dengan standar tertentu yang kita percayai. Padahal kita tidak tahu hasilnya jika kita tidak mencoba dan kita tidak pernah tahu akan kemampuan kita. Bisa jadi hasilnya baik, bahkan melebihi yang kita harapkan. Pakailah kreativitas/talenta yang sudah Tuhan berikan. Motivasi untuk mencoba akan membuat kita bergairah dalam hidup ini.
Ada pula orang yang mengejar kesuksesan untuk dihargai. Dia percaya bahwa kesuksesan akan membawa kepuasan dan kebahagiaan. Kadang hal ini berakibat dia memanipulasi orang lain untuk mengejar kesuksesan. Kadang kita terlalu mengagungkan kepercayaan kita yang mungkin salah, sehingga kita jadi marah, kesal terhadap orang lain, atau diri sendiri, bahkan kepada Tuhan jika sesuatu tidak sesuai dengan standar yang ada di pikiran kita. Kadang kita menjadi sombong jika sukses dan memenuhi standar kita. Padahal kesombongan adalah awal dari kegagalan. Ada satu hal yang saya perhatikan untuk hal ini, bahwa orang yang sering dipuji (sering sukses memenuhi standarnya), jika gagal dia akan down/shock. Sebaliknya, orang yang jarang dipuji (jarang memenuhi standarnya apakah karena gagal atau karena tidak mencoba), jika sukses memenuhi kriteria penghargaannya, dia langsung menjadi sombong.
Jadi untuk mengatasi perangkap penampilan ini, kita harus menerima pembenaran bahwa kesuksesan dan kegagalan bukan dasar dari harga diri kita. Jangan bergantung pada pengakuan dari orang lain. Kita juga harus sadar bahwa tidak semuanya mempunyai rumusan yang pasti. Tidak semua hal di dunia ini yang bisa diprediksi atau dikontrol oleh manusia. Oleh karena itu berharaplah pada Tuhan serta berperan aktif dalam hidup ini, jangan takut pada kegagalan. Yang harus dilakukan adalah belajar mengambil hikmah dari setiap kejadian. Kegagalan hanyalah awal dari keberhasilan, suatu langkah menuju kedewasaan.
Kepercayaan salah yang kedua adalah gila pengakuan. Sering kita menginginkan pengakuan/penerimaan dari orang lain untuk dapat memberi pengakuan terhadap diri sendiri. Akibatnya, kita seringkali hanya mempunyai hubungan yang dangkal dengan sesama bahkan mengasingkan diri dari pergaulan karena takut tertolak/tidak diakui oleh orang lain. Kita jadi menarik diri untuk menghindari celaan. Atau kita berusaha menyenangkan orang lain untuk mendapat pengakuan. Kita menjadi sangat sensitif terhadap kritik; apakah menjadi terlalu peka terhadap kritik atau malah sangat tidak peka dan menjadi seperti pemain sandiwara. Jadi pandanglah kritik atau sikap/pengakuan orang lain terhadap diri kita sebagai masukan yang berharga untuk pengembangan diri kita.
Menghukum orang untuk membayar kegagalan/kesalahannya sepertinya hal yang biasa, padahal hal ini tidak benar. Kita menjadi takut dihukum karena standar yang kita berikan untuk orang lain menjadi standar ukuran untuk kita juga. Padahal kita sebenarnya tidak berhak untuk menghakimi orang lain atau pun diri kita sendiri. Penghakiman adalah hak Tuhan, bukan manusia. Ada yang menarik diri dari pergaulan dan takut mencoba sesuatu yang baru karena jika gagal dia merasa tidak layak dan patut dihukum. Padahal kita membutuhkan lingkungan yang sehat untuk mengekspresikan emosi kita.
Agar tidak dihukum kadang kita lari dari kegagalan, mungkin malah mencari orang lain untuk disalahkan. Jika tidak menemukan orang lain untuk disalahkan, diri sendirilah yang menjadi korbannya, atau mungkin malah menyalahkan Tuhan. Kadang kita menyalahkan orang lain untuk membuat kita merasa lebih enak, merasa lebih tinggi. Bahkan semakin tinggi posisi orang yang gagal (orang tua, bos/atasan) dan semakin dalam mereka jatuh, kadang kita akan merasa semakin baik. Seharusnya kita simpati terhadap mereka dan mengampuni mereka tetapi bukan membenarkan kesalahan mereka. Jadi kita harus belajar mengampuni; ampuni orang lain maka Allah mengampuni kita juga. Jika kita yang gagal, ampunilah diri kita juga.
Masalah seperti ini juga terjadi di kantor saya. Program baru yang dipakai tidak memberi hasil seperti yang diharapkan dan semua orang menyalahkan bagian komputer (TI). Sementara di bagian ini, sepertinya yang seharusnya paling disalahkan adalah sang programmer. Tetapi apakah dengan memarahinya, memberinya surat peringatan, atau sanksi lainnya akan menyelesaikan masalah? Padahal orang tersebut sudah cukup mengalami kesulitan, jangan ditambahkan lagi dengan penghakiman kita. Sadari juga bahwa kita juga memiliki kelemahan dan pernah melakukan kegagalan, sehingga kita sebenarnya tidak layak untuk menghakimi orang lain. Kita seharusnya mendukung dan menyemangati mereka lagi, memberi kata-kata positif. Itu juga akan berakibat positif bagi diri kita karena kita jadi menyadari bahwa untuk tiap kegagalan, pasti ada peluang lainnya. Jangan beranggapan bahwa jika kita keras menghukum diri sendiri atas kegagalan maka orang lain atau Tuhan tidak akan menghukum kita. Jauhkan dari pikiran kita bahwa untuk setiap kegagalan harus ada yang harus disalahkan.
Alasan lain mengapa kita berusaha untuk menyalahkan orang lain adalah karena kesuksesan kita sering kali bergantung pada kontribusi mereka. Contohnya jika seorang seorang anak mendapat nilai jelek saat ujian, orang tuanya akan menyalahkan anak itu karena kesuksesan anak tersebut memberi berakibat pada penghargaan lingkungan terhadap orang tuanya juga.
Daripada memandang kelemahan-kelemahan kita sebagai suatu ancaman bagi harga diri kita, sebaiknya kita pasrah dan bergantung pada Tuhan pencipta kita.
Gambar diri yang salah bisa diakibatkan oleh rasa malu yang sebenarnya adalah rasa rendah diri yang mendalam akibat dari kegagalan. Kita jadi pesimis, akibatnya tidak berpengharapan, rendah diri, mengasingkan diri, kehilangan kreativitas, pasif, mengasihani diri, bahkan secara ekstrem bisa mengabaikan penampilan kita.
Jangan pernah berkata “Saya memang begini”, “Saya tidak bisa berubah”, atau “Saya tidak punya harapan”? Kita butuh cara pandang yang baru, tidak hanya sekedar usaha berdasarkan sikap yang lama karena itu tidak akan memberi hasil yang efektif. Kita harus berani keluar dari rasa aman/kebiasaan kita. Memang kita tidak tahu hasilnya, tapi yakinlah Anda tidak rugi untuk mencoba. Toh keadaan sekarang juga tidak menyenangkan.
Menanggapi keberadaan kita, kita perlu jujur dengan rasa sakit, kemarahan, kekecewaan, dan kesepian kita. Kita harus berani maju dan mau berubah.

Mengatasi Citra Diri yang Buruk
Citra diri berkaitan erat dengan percaya diri (self esteem), artinya seberapa tinggi kita menghargai, menilai dan menghormati diri sendiri. Orang akan menghargai dirinya secara keseluruhan jika merasa memberi kontribusi yang berharga bagi lingkungannya. Untuk mengatasi citra diri yang buruk, kita harus mau berubah, sabar, objektif, dan terbuka atas dukungan orang lain.
Kita harus bangga akan keunikan kita. Kita juga harus percaya bahwa kita mampu melakukan apa yang kita inginkan. Seperti yang dikatakan oleh Norman Vincent Peale: “You can if you think you can.” Maka kita harus mencoba hal-hal baru, keluar dari rutinitas, dan jangan takut gagal. Sehingga kreativitas kita bisa berkembang dan hidup ini menyenangkan dan memberikan hasil. Ingat bahwa kita sudah diberi kemampuan dan kelebihan oleh Tuhan untuk berhasil.
Menurut Stepahie Barrat-Geodefroy, ada empat langkah untuk memperoleh kepercayaan diri. Yang pertama adalah kita mendaftar apa saja kemampuan istimewa kita. Kita juga harus optimis, berpengharapan akan kesuksesan, tetapi bukan mengagungkan kesuksesan itu. Langkah ketiga adalah kita harus mengubah sikap kita untuk bisa mengubah diri kita secara keseluruhan. Bahwa kegagalan tidak perlu dipermasalahkan, melainkan dipelajari agar kita semakin hari menjadi semakin baik. Maka kita tidak melihat ada kegagalan di mana pun, yang ada hanyalah akibat dari proses pendewasaan dan pembelajaran kita.
Jadi kita harus mengubah pandangan terhadap diri sendiri. Jika kita tidak memulai menghargai diri kita, orang lain juga tidak akan menghargai kita. Terima keberadaan diri kita, jangan terpaku pada pendapat orang lain untuk membentuk gambar diri kita. Jadilah diri sendiri dan percaya bahwa kita adalah manusia unik ciptaan Tuhan yang diberi kemampuan dan kelebihan untuk dapat menjalani hidup ini dengan sukses. Dengan mempunyai gambar diri yang baik, kita memberi nilai yang tinggi kepada diri sendiri. Saat kita sudah melakukan hal ini, lihatlah bagaimana orang lain (juga kita sendiri) melihat diri secara lebih baik.n

harga diri 2

Meningkatkan Harga Diri

Seseorang yang punya harga diri akan lebih menyukai dirinya sendiri, lebih semangat, mampu menghadapi tantangan, dan merasa sejajar dengan orang lain. Mereka yang tidak memiliki harga diri tidak dapat menganggap dirinya sejajar dengan orang lain, termasuk di antara teman-temannya.

Harga diri merupakan penilaian dan penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri. Penilaian orang lain dapat memengaruhi bagaimana seseorang bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Tapi yang terutama adalah penilaian terhadap diri sendiri.<>

Seorang yang memiliki harga diri akan lebih bersemangat, lebih mandiri, lebih mampu dan berdaya, sanggup menerima tantangan, lebih percaya diri, tidak mudah menyerah dan putus asa, mudah memikul tanggung jawab, mampu menghadapi kehidupan dengan lebih baik, dan merasa sejajar dengan orang lain.

Harga diri tidak dibawa sejak lahir, tetapi memerlukan proses yang dibentuk sejak lahir karena itu dipengaruhi oleh banyak hal sepanjang hidup kita, misalnya, pengasuhan orangtua atau keluarga, pendidikan yang diterima (baik di sekolah ataupun di luar sekolah), pengalaman-pengalaman yang berarti, prestasi-prestasi yang diraih, orang-orang terdekat (baik saudara maupun orang lain), budaya, lingkungan sosial dan masyarakat.

Meningkatkan harga diri

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar kita punya harga diri yang tinggi.

Pertama, mengenali diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Kadang-kadang kita tidak memiliki harga diri yang tinggi karena kurang mengenali kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Sering kali orang merasa kurang memiliki sesuatu yang dapat dikembangkan bagi dirinya, padahal setiap orang lahir dengan banyak potensi diri.

Nah, salah satu cara untuk mengenal diri sendiri, cobalah bercermin, baik dengan kaca atau menulis di kertas, mana potensi-potensi yang bisa kita kembangkan atau tunjukan ke orang lain, dan mana yang harus kita tinggalkan.

Kedua, menerima diri seperti apa adanya. Orang yang dapat menerima diri sendiri apa adanya tidak akan menyesali segala yang terjadi dalam menghadapi kenyataan.

Kalau kita mampu menerima diri kita, kita tentu mampu pula menghadapi lingkungan secara baik.

Yang harus dipahami, kita menganggap sesuatu yang ada pada diri kita jelek, tetapi orang lain tidak. Artinya, apa yang ada pada diri kita harus diterima dan dikembangkan.

Ketiga, manfaatkan kelebihan. Kelebihan yang kita miliki harus dikenali terlebih dahulu, selanjutnya digunakan dan dimanfaatkan seoptimal mungkin. Misalnya kita yang pandai berbicara, mengapa tidak mencoba jadi pembawa acara?

Keempat, meningkatkan keahlian yang dimiliki. Kemampuan, keahlian, dan keterampilan yang kita miliki memberikan sumbangan untuk meningkatkan harga diri kita. Semakin banyak dan beragam keahlian yang kita miliki, akan semakin besar kita menghargai diri kita. Keinginan untuk terus mengembangkan kemampuan akan berpengaruh positif pada harga diri kita.

Kelima, memperbaiki kekurangan. Kita harus mengenali kekurangan yang ada pada diri kita. Kalau kita tidak mengenalinya, maka keinginan untuk memotivasi dan mengembangkan diri kita ke arah yang lebih baik juga tidak ada. Kalau kita mengenali kekurangan kita, maka sebenarnya kekurangan itu dapat juga kita manfaatkan untuk sesuatu yang berguna.

Keenam, mengembangkan pemikiran bahwa kita sama dan sederajat dengan orang lain. Setiap orang berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan itu bisa dari sudut ekonomi ataupun status sosial. Tetapi semuanya itu akan sama haknya dalam setiap kesempatan. Pemikiran itulah yang harus selalu dikembangkan bahwa setiap orang punya hak dan derajat yang sam

Senin, 23 Juli 2007

hargai diri dong

Harga Diri? Memang Segitu Pentingnya?

Sering banget orang-orang di sekitar kita bilang agar kita punya harga diri. Sebenarnya harga diri itu apa, sih?

Kata para ahli harga diri ini berkaitan dengan dua hal, yaitu perasaan kompetensi pribadi dan perasaan nilai pribadi. Atau dengan kata lain harga diri itu merupakan perpaduan antara kepercayaan diri dan penghormatan diri. Mempunyai harga diri yang kuat artinya merasa cocok dengan kehidupan dan penuh keyakinan, yaitu mempunyai kompetensi dan sanggup mengatasi masalah-masalah kehidupan.

Dalam proses pertumbuhan dan proses kehidupan kita, ternyata tidak mudah dalam membentuk sikap diri yang positif. Karena kita mungkin mempunyai pandangan yang tidak menyenangkan terhadap diri kita sendiri karena pengaruh komentar teman-teman, ortu, saudara atau orang lain. Bisa juga karena kita merasa gagal, tidak dapat berbuat apa-apa, merasa tidak dapat bertanggung jawab terhadap sesuatu yang ditugaskan, atau tidak bisa berkata jujur dan sebagainya.

Harga diri ini sebenarnya tidak hanya menjadi masalah kita, tapi hampir melanda semua orang di semua tingkatan umur. Harga diri pada tingkat apa pun merupakan pengalaman paling pribadi yang berada dalam inti kehidupan kita. Harga diri adalah apa yang kita pikirkan dan rasakan tentang diri kita sendiri, bukan apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain tentang siapa kita sebenarnya. Tak seorang pun yang dapat mengendalikan kita dan memercayai kepercayaan dan kecintaan kita terhadap diri sendiri.

Tergantung kita

Kita dapat dicintai oleh keluarga, pacar, teman-teman kita. Kita bahkan dapat dikagumi oleh teman, tapi tetap saja kita dapat menganggap diri kita sebagai orang yang tidak berharga. Kita dapat memancarkan citra keyakinan dan bersikap membodohi orang lain, tetapi secara sembunyi-sembunyi kita cemas karena ketidakberdayaan kita. Kita kadang dapat memenuhi harapan-harapan orang lain, tapi masih belum dapat memenuhi harapan-harapan kita sendiri. Kita dapat saja dipuja oleh banyak teman, tapi masih tetap bangun setiap pagi dengan rasa cemas, ketakutan, dan kehampaan.

Yang menyedihkan banyak orang mencari kepercayaan dan penghormatan diri ke segala penjuru dunia selain dirinya sendiri sehingga mereka gagal dalam pencarian ini. Kita akan melihat bahwa harga diri yang positif paling baik dipahami sebagai salah satu bentuk dari pencapaian spiritual atau memahami harga diri sebagai suatu kondisi kesadaran. Sehingga kita akan berhenti mengatakan, "Kalau aku memiliki teman yang lebih keren, kalau aku punya pacar lagi, kalau aku mendapatkan penghargaan lagi, kalau aku mendapatkan mobil yang bagus, maka aku akan sungguh-sungguh berbahagia dengan diriku sendiri". Kita akan menyadari bahwa pernyataan itu sangat tidak rasional, maka "semakin banyak" keinginan yang akan mengusik hati kita.

Jika kita mendalami benar hakikat sejati harga diri, maka kita akan tahu bahwa harga diri tidak bersifat kompetitif (persaingan) dan komparatif (perbandingan). Harga diri yang sejati tidak diungkapkan melalui pemujaan diri dengan mengorbankan orang lain atau dengan mengagungkan seseorang jauh lebih unggul dari orang lain atau menyengsarakan orang lain untuk membahagiakan seseorang. Arogansi (kesombongan) dan terlalu mengagungkan kemampuan hanyalah menggambarkan betapa rapuhnya harga diri kita dan bukannya mencerminkan kokohnya harga diri kita.

Perlu kesadaran

Salah satu karakter harga diri yang sehat adalah harga diri merupakan keadaan seseorang yang tidak memerangi diri sendiri maupun orang lain.

Ada empat kata yang sangat tepat untuk menggambarkan apa yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan harga diri dan membangkitkan lebih dalam kepercayaan diri dan penghormatan diri. Keempat kata itu adalah hidup dengan penuh kesadaran. Dalam situasi tertentu, hidup dengan penuh kesadaran berarti membangkitkan kondisi pikiran yang sesuai dengan tugas yang kita hadapi, misalnya mengerjakan PR, berteman, pacaran, belajar bahasa Inggris, main basket, main musik dan seterusnya, semuanya membutuhkan kondisi-kondisi pikiran yang berbeda dan proses-proses mental yang berbeda.

Hidup dengan penuh kesadaran adalah bertanggung jawab terhadap kesadaran yang sesuai dengan tindakan yang kita lakukan. Pada dasarnya semua ini merupakan dasar kepercayaan diri dan penghormatan diri.

Jadi, harga diri adalah suatu fungsi, artinya bukan suatu yang kita bawa sejak lahir, tapi bagaimana kita menggunakan kesadaran kita. Pilihan-pilihan yang kita ambil yang mempunyai keterkaitan dengan kesadaran, sikap kejujuran kita terhadap kenyataan dan tingkat integritas pribadi. Hidup dengan penuh kesadaran secara tidak langsung berarti menyadari fakta-fakta realistis, fakta-fakta batiniah dan juga fakta-fakta dunia luar kita.

Ini tidak berarti kita harus menyukai apa yang kita lihat, tetapi harus mengenali perbedaan-perbedaan mana yang kita sukai dan mana yang tidak kita sukai. Juga kesadaran bahwa keinginan-keinginan, ketakutan-ketakutan atau penolakan-penolakan tidak akan bisa mengubah fakta-fakta.

Menerima diri

Coba berdiri di depan cermin dan perhatikan seluruh bagian tubuh kita yang tampak di cermin. Pasti ada bagian-bagian tubuh yang kita sukai. Tapi tidak dapat dimungkiri juga bahwa ada juga bagian tubuh yang tidak kita sukai. Dalam hati kita mungkin bilang bagaimana kita bisa menerima diri kita kalau ada bagian-bagian tubuh yang enggak asyik?

Menerima tidak harus berarti menyukai, menerima bukan berarti kita tidak boleh membayangkan atau menginginkan perubahan-perubahan atau perbaikan-perbaikan pada diri sendiri. Menerima berarti menghayati tanpa penolakan atau pengingkaran bahwa kenyataan tetaplah kenyataan. Kalau kita tidak mengingkari kenyataan itu artinya kita menghargai realitas.

Jadi, punya harga diri itu memang penting.

CHATARINA WAHYURINI dan YAHYA MA’SHUM PKBI Pusat
Sumber: Kiat Jitu Meningkatkan Harga Diri (Nathaniel Branden)

Search :

Berita Lainnya :

·

Dor, Aku Ditembak Cewek

·

Harga Diri? Memang Segitu Pentingnya?

·

Rahasia Kecepatan Atlet Lari

·

Komik "Underground"

·

CURHAT



WibAwA halahhhh

Bagaimana cara membangun wibawa Anda dalam berurusan dengan orang-orang bisnis?

|

Akhirnya saya kembali lagi setelah beberapa minggu absen dari dunia persilatan blogging.

Kesibukan yang harus dikerjakan dalam offline bisnis yang sedang dijalankan memang tidak henti-hentinya, terutama bagi teman-teman yang saya kenal semuanya menggeluti banyak bidang usaha.

Topik kali ini adalah mengenai Anda dan calon Partner bisnis Anda.

Bagaimana caranya agar Anda bisa sukses dalam bertransaksi bisnis dengan orang lain?

Setelah beberapa bulan ini, kita selalu belajar dari kesalahan dan terus meningkatkan kemampuan dalam berbisnis baik itu online maupun offline. Topik yang saya tulis bulan lalu yang membahas tentang solusi keberhasilan dengan menilai sejauh mana tingkat kemalasan Anda.

Sebelum saya masuk kedalam topik cara membangun wibawa Anda, saya ingin berterimakasih kepada teman yang selama ini membimbing saya dari nol sampai dengan nama yang sering dipanggil orang Sir Chris.

Sir Chris Telah mengajarkan banyak hal yang tidak akan Anda temukan di sekolah apapun karena menyangkut ilmu kejiwaan dan ilmu bisnis.

Saya ingin berbagi pengalaman dengan Anda semua apa sebenarnya yang menjadi inti keberhasilan dari seseorang yang telah gagal berkali-kali.

Kunci utamanya adalah Bagaimana caranya Anda bisa meyakinkan orang dengan wibawa Anda sebagai entrepreneur (pebisnis sejati)?

Zaman sudah berubah, Anda harus selalu mengikuti perubahan pola pikir para investor atau calon pelanggan

  • Menurut hasil penelitian selama ini, orang-orang yang menawarkan produk dan jasa kepada orang lain selalu gagal dalam hal cara meyakinkan orang lain.
  • Hanya sedikit orang lain yang mau berada diluar lingkungan nyaman (berkorban).
  • Semakin banyak persaingan, semakin tinggi tingkat kewaspadaan para pembeli produk atau jasa Anda.

Cara Membangun Wibawa Anda
Agar dapat meyakinkan para investor atau calon pelanggan Anda untuk bidang bisnis Anda, ada beberapa cara yang sering digunakan oleh para entrepreneur yang sukses:

1. Keseriusan

Jika Anda ingin membandingkan, banyak para pebisnis yang gagal dalam menghadapi orang yang jauh lebih sukses dari kita seperti CEO, Direktur, Komisaris, dan lain-lain.

Kenapa hal itu dapat terjadi?

Karena mereka tidak benar-benar serius mendalami jenis bidang usaha yang mereka jalankan. Apakah Anda dapat menunjukkan keseriusan Anda pada saat berbicara (follow up), mengerjakan tugas, ataupun komitmen Anda? tidak semudah itu, karena semua memiliki proses pembelajaran.

2. Menyelesaikan Tugas Tepat Waktunya

Dulu saya sering mengalami hal ini, dikarenakan kita tidak dapat seluruhnya menampung semua tugas-tugas yang bertumpuk kedalam memory kita. Oleh karena itu saya sering menyiapkan catatan ringkas dalam buku Agenda maupun komputer.

3. Jarang ada yang mau mengalah dalam berbicara

Anda harus bisa mengontrol pembicaraan Anda dengan orang lain, karena setiap orang ingin merasa dirinya dihargai , dan ingin merasa diri mereka itu adalah VIP (Very Important Person - penting).

Sikap rendah hati terhadap orang lain akan membuat orang lain akan berbalik menghargai Anda sebagai individu yang low profile. Cobalah buktikan hal ini pada saat berbicara dengan orang lain.

4. Tahu kapan harus berbicara & melakukan action

Jika kita berhadapan dengan orang lain, investor, direktur, dan lain-lain, maka kita harus belajar melihat waktu yang tepat untuk membalas pembicaraan Anda. Karena sudah banyak para pebisnis yang selalu menginterupsi pembicaraan dari orang lain tanpa sadar bahwa Anda sudah menanamkan kesan negatif dari client.

5. Anti Sosialis

Sebagian orang-orang yang terjun kedalam dunia bisnis, selalu menghindar berkenalan dan mencari pergaulan yang lebih luas .


flash"/>/td>
get this clock